Pintu bagian barat |
Pada tembok pintu gerbang sebelah timur terdapat tulisan "atmosoeprobo" dan "1840" yang menunjukkan angka pada tahun jawa.
Kampung ini di perkirakan di bangun di akhir tahun 1800-an . Berdasarkan toponim, kompleks kampung ini merupakan bagian dari Kampung Alun-alun, lokasi kampung Alun-alun ini dulunya merupakan alun-alun kerajaan Mataram.
Ruang dalam pendopo dan dalem rumah joglo tersebut sambung menyambung membentuk sebuah gang, karena gang tersebut di apit oleh kedua gerbang pada ujungnya, maka lingkungan ini di kenal dengan sebutan Between Two Gates atau Lawang Pethuk. Istilah ini muncul pada tahun 1986 setelah adanya tim peneliti arsitektur, dan akhirnya populer di kalangan masyarakat.
Pintu bagian timur |
Uniknya di gang ini terdapat beberapa bangunan rumah yang cukup berumur, kalau tak salah ada berjumlah sembilan deret rumah yang berbentuk rumah tradisional Jawa.
Walau sudah mengalami perubahan, namun beberapa rumah masih mempertahankan tata ruang yang berbentuk tradisional, seperti pendopo, pringgitan, gandhok dan sentong.
Salah satu ciri arsitektur rumah di kampung ini masih terdapat tritisan penyangga bangunan di bagian teras yang berbentuk lengan manusia yang di sebut bahu dhanyang yang merupakan ciri khas bangunan rumah di Kotagede.
Sebetulnya komplek ini awalnya merupakan tanah milik pribadi, namun berdasarkan kesepakatan warga setempat dan pemilik tanah akhirnya jalan komplek ini bisa di akses.
Saat saya dan rombongan menuju gang ini, kompleknya sangat tenang dan asri, gang ini hanya ada beberapa rumah di kiri dan kanannya, sangat indah dengan arsitektur rumah Jawa, lingkungan juga bersih dan rapih, bahkan nyaris gak mendengar suara bising sama sekali, apalagi suara anak-anak bermain, pokoknya tenang, saat itu sekitar jam 4 sore.
Walau kedatangan kami hanya sebentar tapi rasanya puas hati, masih ada beberapa rumah peninggalan cagar budaya di kampung ini, tempat yang layak di kunjungi karena masih sangat menjaga ke khasan rumah tradisional Jawanya, ternyata di Jogyakarta banyak tempat-tempat menarik yang tersembunyi di antara jalan kampung dan gang-nya, salah satunya "Between Two Gates alias Lawang Pethuk".
Salam
30 Komentar
masih ada yang menghuni di situ? atau sudah sepenuhnya di jadikan tempat untuk di lawati
BalasHapusEntahlah sis....karena saat kami di sana hunian nampak sepi dan tertutup pintu rumahnya, tapi sepintas terdengar suara dari dalam rumah,barangkali masih di huni.
HapusSuasananya syahdu ya. tidak ada suara di sore hari...
BalasHapusGak ada suara" berisik kayak lingkungan rumah pada umumnya, tapi tetap ada orang sepertinya dalam rumah.
Hapusrasanya orang luar mesti tak tahu fasal tempat ni...
BalasHapusIya seperti nya , sayapun baru tau karena Googling mencari tempat "wisata yg ada di Jogya, salah satunya ini.
Hapusnanti ada rezeki ke jogya sy pun nak singgah jugalah...
HapusIya silahkan singgah kalau ke Jogja.
Hapuskebanyakan yang masih tinggal di sini, orang tua atau orang muda?
BalasHapusSaat saya di sana gak ada satu orangpun di luar..pintu tertutup, tapi ada suara orang di dalam rumah.
HapusYogyakarta memang penuh cerita dan kenangan lama ya mbak.
BalasHapusPantas saja Adithia Sofyan bilang :
Terbawa lagi langkahku kesana
Mantra apa entah yang istimewa
Ku percaya selalu ada Sesuatu di Jogja
Iya mas...saya aja belum puas ,masih mau balik lagi rasanya....pulang ke kotamu..ada setangkup haru dalam rindu...masih seperti dulu...tiap sudut menyapa ku bersahabat..penuh selaksa makna 🎶
HapusEs un lindo lugar. Te mando un beso.
BalasHapusMemang indah dan bersejarah.
HapusUnik dan simple binaan nya, masih utuh walaupun sudah lama.
BalasHapusBener sis...masih terjaga dan menjadi cagar budaya di desa ini.
HapusSepertinya dulu hampir pernah kesana. Tapi hanya lewat
BalasHapusYa mudah-mudahan lain kali bisa mampir ke sini ya maseh.
Hapus
BalasHapusBagus ada usaha penduduk supaya tempat ini dapat menerima pelawat.
Satu pengalaman menarik dapat menyaksikan sendiri tinggalan rumah tradisional.
Iya...lingkungan rumah masih asri dan terawat, jadi pendatang masih bisa melihat peninggalan sejarah.
Hapusjadi kepengen kesini juga kalau nanti ada kesempatan buat ke jogja lagi :)
BalasHapusIya mas....gangnya asri..walau hanya satu komplek tapi rumah'nya masih arsitektur khas Kotagede banget.
Hapusrumah lama degan gaya klasik...wajar juga untuk dikekalkan agar generasi akan datang boleh mengenalinya dengan lebih dekat
BalasHapusBener bang... anak-anak muda supaya tau cerita dan sejarahnya.
HapusYa ampuuun jd inget desa yg di bali itu. Aku sukaa deh dengan suasana tempat begini. Beruntung bgt orang2 yg bisa tinggal dj sana. Suasananya tenteram dan bersih gitu ya mba. Sukaaaa bgt. Berasa sejuk walo hari panas.
BalasHapusGang nya kecil mbk...hanya berupa gang..rumahnya berhadapan gitu...bangunannya masih tradisional banget walau ada perubahan tapi tetap nuansa jadul jawanya dapet..lingkungannya juga bersih dan sepi.
HapusHehe,aku yg dl kuliah di jogja aja nggak tau tempat ini ckck..keren ternyata lingkungan desanya
BalasHapusIya mbk...masih terjaga bangunannya dan lingkungan nya juga asri.
Hapuskalau liburan ke Jogya rasanya tenang gitu ya
BalasHapusapalagi kalau blusukan ke daerah Kotagede yang notabene lingkungannya ga serame di Malioboro.
Apalagi kalau masih tenang gini, betah rasanya ya.
jadi pengen ke jogya liat mba heny abis liburan ke jogya
Iya mbk...kebetulan blusukannya gak ke pusat kotanya,rame dan macet banget...lebih ke pelosok " banyak tempat menarik yg bisa di kunjungi.
Hapus