Setelah urus ini itu di bagian imigrasi Nepal yang sedikit riweuh, soalnya setelah selesai bagian imigrasi, kita melewati petugas yang akan cap tiket pesawat, agak sedikit bermasalah di sini, soalnya pas di perhatikan secara teliti tanggal keberangkatan kok enggak sesuai, akhirnya beberapa bule juga cek ulang, akhirnya masalah tiket beres walaupun cap-nya numpuk-numpuk, sampe nomor kursi nya aja enggak keliatan, pengalaman unik selama kita di Nepal 😁
Duduk di ruang tunggu, ternyata pesawat menuju Bhutan juga molor jadi jam 10.Tapi akhirnya pesawat datang juga dan kita udah masuk di dalam pesawat, kita naik maskapai Bhutan airlines.
Drukair, Royal Bhutan Airlines, adalah maskapai penerbangan nasional Bhutan. Drukair didirikan pada tanggal 5 April 1981 berdasarkan Piagam Kerajaan oleh Yang Mulia Raja Keempat Jigme Singye Wangchuck. Drukair memainkan peran penting dalam mempromosikan Bhutan sebagai tujuan wisata dan memainkan peran penting dalam menghubungkan Bhutan dengan dunia.
Pukul 11 lewat kita sampe di bandara Paro Bhutan, yang merupakan bandara internasional satu-satunya yang ada di Bhutan, ternyata bandaranya cakeeep banget, di kelilingi oleh pegunungan, jadi bandaranya berada di tengah-tengahnya. Saat mendarat ada satu pesawat yang ada di landasan bandara, jadi saat itu hanya ada dua termasuk pesawat kita yang barusan tiba.
Enggak ada suasana hiruk-pikuk layaknya bandara pada umumnya, suasananya cenderung tenang bahkan enggak ada kebisingan suara pesawat sama sekali, hanya ada gate 1,2 dan 3, keluar dari pesawat masuk ke dalam ruangan di bandara dan langsung berhadapan meja imigrasi, udah itu selesai, enggak ribet saat kita datang, pulang juga gitu, keluar gate langsung naik bus bentar menuju pesawat, enggak pake lama.
Bhutan sendiri adalah negara kecil yang terletak di Asia Selatan, di apit India dan Tiongkok, 60 persen wilayahnya di kelilingi oleh hutan, penduduknya bermata pencarian sebagai petani, pedagang dan pendapatan mereka ada yang berasal dari perdagangan, industri kayu dan tekstil, hasil pertanian juga pariwisata, Bhutan di ibaratkan bagai surga tersembunyi karena di anugrahi alam dan budaya yang cantik yang masih tetap terpelihara hingga saat ini, banyak sudah artikel yang mengulas mengenai keindahan Bhutan bukan sekedar omon-omon belaka.
Bhutan adalah negara pertama di dunia yang tidak menghasilkan emisi karbon, menyerap enam juta ton karbon setiap tahun. Konstitusi Bhutan sangat mengutamakan konservasi lingkungan alamnya, dengan mewajibkan negara tersebut untuk mempertahankan setidaknya 60 persen lahannya di bawah tutupan hutan untuk selamanya.
Bhutan adalah negara kecil yang indah dengan jumlah penduduk enggak sampai satu juta orang, yang saya lihat pada salah satu papan petunjuk di salah satu museum terlihat jumlah penduduk Bhutan tidak lebih dari delapan ratus ribu jiwa 😮
Menurut tour guide, Mr Vijay...kalau pemerintah Bhutan menggratiskan seluruh biaya pendidikan dan kesehatan bagi semua penduduknya, Bhutan sendiri kepala negara nya adalah seorang raja, dengan perdana mentri sebagai kepala pemerintahan, di mana-mana ada foto raja beserta istri dan anaknya, di bandara, museum, rumah makan, hotel, pokoknya seluruh fasilita publik ada foto raja Bhutan beserta anggota keluarganya.
Bhutan adalah negara yang berfilosofi Gross National Happiness yang menekankan keseimbangan antara ekonomi dan budaya, menurut beberapa sumber, Bhutan termasuk salah satu negara terbahagia di dunia, ya enggak salah lagi wong penduduknya enggak banyak, kekayaan alam dan budaya begitu melimpah, semua serba gratis, nikmat apa lagi yang kau dustakan, wah saya kok jadi kepanjangan ngocehnya:D
Singkat cerita, saat tiba di bandara kita di sambut oleh Mr Vijay dan sopir, kita bertiga masing-masing di kalungi dengan sehelai kain berwarna putih gading, katanya sih itu memang penyambutan tamu di Bhutan, kalo di Nepal kemarin kita juga di kalungi dengan bunga berwarna kuning, ituloh yang kayak di film-film India, kayaknya di film Mahabarata, rajanya pake kalungan bunga marie gold gitu.
Selanjutnya kita menuju, Thimpu..yang merupakan ibukotanya, jarak dari Bandara sekitar dua jam perjalanan, sepanjang perjalanan kita disuguhi dengan pemandangan alam yang indah, di mana-mana yang nampak adalah deretan pegunungan berwarna kehijauan dengan hutan pinus dan juga pegunungan bebatuan, sedang rumah penduduk nya berada di tengah-tengah dan juga di lereng pegunungan, di tambah lagi cuaca di Bhutan cukup dingin, udah di wanti-wanti suruh bawa baju hangat, soalnya kalo malam suhunya mencapai 9-11 derajat celcius.
Jadi jangan berfikir kalo ibukota nya itu kayak kota metropolitan, enggak yaa...di sini paling tinggi sekitar 5 tingkat aja, kayaknya enggak lebih, kecuali hotel bisa sampe 5-7 tingkat, kalau gedung-gedung di kotanya enggak tinggi. Yang bikin unik itu, setiap bangunan dan rumah penduduk di dominasi dengan atap berwarna hijau dan dinding berwarna putih, menariknya lagi jendela rumah atau bangunan itu cukup banyak dan berukir, bentuknya sama semua.
Saya suka suasana kota Thimpu, posisi gedung-gedungnya naik turun atau berundak, mungkin karena kawasan pegunungan ya, jadi unik aja gitu jalan rayanya, kotanya bersih, teratur, adem cenderung dingin, beberapa brand ternama juga ada di sana walau enggak banyak, menurut Mr Vijay, pertokoan atau pusat hiburan akan tutup pukul 9 malam.
Sampai di Thimpu ibukotanya, kita di sambut dengan hujan gerimis, walau siang hari udara tetap terasa dingin, yang jadi kendala adalah sinyal internet yang selalu hilang timbul, bahkan kebanyakan ngilangnya, barangkali karena di kelilingi oleh pegunungan? Entahlah, pokoknya selama berada di Bhutan, internet enggak berjalan mulus, kita cuman ngandalin wifi di hotel, itu juga masih sering lemot, tapi kalo liat warga sana ya koq kayaknya biasa aja kalo pake hape 😄 apa mungkin operator-nya kali yee...
Yang menarik perhatian saya adalah pakaian warganya, yang lelaki pakaian nya agak mirip kimono, di ikat pada bagian pinggang jadi hanya sebatas dengkul dan bawahannya memakai kaos kaki berwarna hitam semua, sedang wanitanya memakai atasan berwarna cerah berupa jubah/outer dengan bawahan terbuat dari kain tenun, itu semua adalah pakaian khusus untuk semua warga Bhutan yang melakukan kegiatan atau bekerja, kayak pakaian nasional resminya gitu deh.
Di Thimpu, hari pertama kedatangan ngapain aja?
Saat dalam perjalanan kita sempet mampir ke salah satu kuil yang ada di gunung, enggak terlalu tinggi, hanya menanjak sedikit, di Bhutan agamanya 75 persen adalah agama budha, di sini cuma sebentar saja sambil ambil beberapa foto, kita lanjut jalan lagi.
Lantas Mr Vijay mengajak kita mampir ke rumah makan yang tempatnya agak nyempil dan makanan yang di sajikan juga cukup banyak untuk ukuran kita bertiga, mereka berdua makan di meja terpisah, mereka nampaknya enggak mau mengganggu kita.
Ada mie goreng, nasi putih, terong tepung yang di oven, saya baru tau nih ada menu gini, biasanya cuman di bikin sambel terong atau di kecapin 😄 rasa terongnya gurih manis dan kriuk, ayam goreng dan tumisan brokoli, kentang keju yang lembut dengan irisan cabe hijau yang ternyata itu adalah salah satu makanan khas, ya di sini banyak terdapat keju produksi Bhutan yang saya lihat di pasar tradisionalnya.
Saat tiba saya pesan coklat hangat karena di luar sedang hujan gerimis, saya pikir secangkir coklat hangat dan semangkuk pumkin soup atau sup labu kuning adalah paduan yang pas, saya suka sup labunya, lembut, manis dan gurih berpadu, kalo enggak malu mah kepingin nambah lagi ...wkwkk, setelah perut kenyang dan puas kita lanjut jalan lagi.
Kita juga sempet mampir ke museum tekstil, bangunan terlihat besar dan megah, ketika masuk ke dalam, terdapat beberapa contoh jenis-jenis kain dan pakaian warga Bhutan mulai dari pakaian jaman dulu hingga pakaian yang saat ini masih mereka kenakan.
![]() |
National Textile museum |
Bermacam contoh benang untuk bahan tenun, dengan bahan pewarna alami, cara proses memintal benang dan tenun mereka terlihat sama dengan cara tenun kain di Indonesia, enggak jauh beda. Berbagai jenis motif kain nampak cantik dengan aneka warna. Bhutan sendiri memang salah satu penghasil kain tenun, beberapa provinsi di Bhutan juga menghasilkan kain tenun dengan motif yang punya arti tersendiri, tiap motif berbeda di tiap provinsi.
Dari museum tekstilnya kita iseng menuju pasar tradisional Bhutan, pasarnya cukup besar untuk menampung para pedagang, beberapa jenis sayur dan bumbu serta berbagai jenis keju nampak di pajang, pasar nampak bersih dan cukup rapih. Kalau melihat pasar tradisional rapih dan bersih gini sih saya sebagai emak-emak rasanya betah dan kepingin borong belanjaan 😁 maklumin aja ya, jiwa emaknya langsung keluar begitu melihat segala pajangan, bawaannya kepingin masak aja, apalagi ada sayur pakis.yang gendut-gendut.
Setelah berkeliling, Mr Vijay mengantar kita ke Thempu Central Hotel, saat itu sudah mulai sore, lokasi hotelnya sangat strategis karena di sekitar hotel banyak berderet toko-toko sebagai pusat perbelanjaan, lokasinya juga cukup menarik karena kontur jalannya yang naik dan turun, sebelah hotel kita aja udah langsung tempat belanja, ada si miniso.
Sampe hotel dia langsung urus keperluan kita dan enggak lama kita langsung naik ke kamar di lantai atas, kita dapet dua kamar, satu kamar buat saya bareng kakak dan kamar satunya lagi buat temen si kakak.
Kamarnya ok lah, bersih, rapi dengan bed cover yang bermotif tenun khas Bhutan yang cantik, yang aku demen tuh pas liat jendelanya, nampak rumah penduduk di lereng pegunungan dan suasana Thimpu yang indah 😍, kamar mandinya juga lengkap dengan air panas dan dingin, tapi yang dingin untuk sementara enggak kepake dulu hehe.
Oia, di hotel kita ini di kamarnya enggak ada AC, jangan salah ya... wong enggak ada AC aja dinginnya auzubillah... Justru di kamar di sediakan pemanas ruangan yang selalu hidup, jadi pas tiduran ruangan terasa hangat, bahkan saya sering duduk di pinggiran sofa untuk sekedar ngangetin kaki 😆 dingin banget sih, aku enggak kuat udara panas tapi kalo kelewat dingin kayak gini juga enggak kuat:D
Habis beberes dan mandi, rencananya malam itu kita mau jalan keluar sekitaran hotel aja, baru habis magrib, dan kita memutuskan buat makan malam di hotel dengan menu ala-ala India, sekali lagi ya... menu di sini juga kayaknya masih ada mirip-mirip dengan makanan di Nepal, ada unsur Indianya, saya teringat ucapan Mr Vijay pas jemput kita di bandaranya, kalo lurus ke arah Tibet kalau ke kanan ke arah India, dan kita belok kiri ke arah Thimpu ibukotanya Bhutan, ya wajar aja ya kalau beberapa menu rada mirip.
Saya iseng ambil roti capati dengan kuah kari ayam, dan beberapa iris kentang panggang, enggak lupa irisan bawangnya yang rasanya agak manis, enggak lupa saya ambil semangkup sup labu kuning, saya masih belum bisa lupa dengan rasanya yang ueeanaak😄.
Enggak lama nyaplok makanan si mas-mas waiternya nyamperin saya, dia bilang ke saya untuk coba kuah roti capatinya pake kuah dal aja.. katanya itu lebih nikmat dan paduan yang cocok untuk capati.. Oh iya kee?
Lantas saya balik lagi untuk ambil semangkuk kecil kuah dal... saya celup roti capati ke kuah dal... dan ternyata selera saya emang enggak cocok ya... Kuah dal kalo enggak salah terbuat dari kacang hijau yang sudah halus, di tambah rempah Indianya yang terasa banget.. dan itu kurang cocok di lidah saya.. ya maklumlah... terbiasa makan sambel terasi, di suruh pake kuah dal, enggak ketelen 😄, tapi kalo pake kari ayamnya sih cocok di lidah saya, walau ada rasa bumbunya tapi enggak kelewat berat, masih masuk di lidah... Udah itu kuah karinya juga krimi ... Ini lebih mantul, bukan karena enggak enak, tapi soal selera dan belum terbiasa aja sih, tapi makan malam saya habis juga koq 😁
Makan malam selesai, akhirnya kita turun ke lobby dan keluar hotel, kepingin liat suasana Thimpu malam hari, kita berjalan aja ngikutin arah kaki, ke arah atas, ke arah bawah, mau jalan ke arah kiri jalan enggak jadi, soalnya pas lagi jalan, kita di ikutin oleh seorang pria yang agak enggak jelas, dia bergerak terus sambil ngomong kalau gerakan ini adalah gerakan ala-ala olah raga bela diri Jepang, itu sepintas yang saya dengar.
Yang bikin kita enggak jadi melanjutkan perjalanan adalah si pria ini ngikutin terus, kita udah agak ada rasa was-was, kita berhenti dia berhenti juga, kita jalan dia juga jalan, sampe akhirnya kita pura-pura masuk ke dalam salah satu toko, eh dia nunggu di luar, akhirnya karena kita takut...kita bertiga kabur dan lari dengan wajah yang cukup tegang 😆.. Ya iya lagi.. wong mau jalan koq di intilin terus..wedhi akutu.
![]() |
Kantor pos |
Kita akhirnya jalan ke arah bawah, ada beberapa bangunan yang cukup menarik, walaupun itu malam hari tapi terlihat cantik, ternyata salah satu gedung yang cantik itu adalah kantor pos, dan kantor pos ini bakalan kita kunjungi pada esok harinya, tambah malem koq tambah isis.. akhirnya kita memutuskan untuk balik ke hotel, rasa dingin di luar makin menusuk tulang, kita sempet ngobrol sejenak di lobby hotel sebelum akhirnya masuk ke kamar masing-masing, dingin coy padahal udah pake baju berlapis dan jaket tebel 🥶.. ra kuaaat.
Jadi hari pertama di Thimpu kita cuman datengin tiga tempat aja, itupun sekalian jalan sebelum menuju hotel, waktu saat itu juga udah menjelang sore di tambah di luar masih gerimis dan dingin, jadi itu aja yang baru bisa saya tulis, skip dulu ntar kepanjangan, untuk jalan hari ke dua tunggu cerita selanjutnya ya sob 😀.
Salam
0 Komentar