Tiger's Nest, Jauh di Mata Capek di Kaki

Tiger's nest

Mreneyoo.com. Hari terakhir di Paro Bhutan, mr Vijay telah tiba di hotel untuk menjemput kita bertiga, udara pagi terasa sangat dingin menusuk tulang, bahkan baju yang saya kenakan sampai tiga lapis. Pagi itu kita akan menuju Tiger'Nest atau Paro Taktsang, yaitu sebuah kuil Buddha nun jauh di lembah Paro, setelah sehari sebelumnya kita pergi ke sini dan sini

Apa itu tiger's nest? Tiger's Nest (Taktsang) adalah kuil Buddha yang terletak di atas tebing curam di lembah Paro, Bhutan. Kuil ini terkenal karena arsitektur yang unik. Terletak di atas tebing curam, 900 meter di atas lembah Paro.
Dipercaya sebagai tempat meditasi Guru Rinpoche (Padmasambhava), tokoh penting dalam penyebaran agama Buddha di Bhutan.

Tiger's Nest adalah salah satu landmark paling ikonik di Bhutan dan merupakan destinasi wisata yang populer.

Perjalanan dari penginapan kita enggak lama, sekitar tiga puluh menit sudah sampai ke lokasi awal pendakian, di sana cukup banyak turis asing yang tampaknya akan melakukan pendakian yang sama, beberapa turis bule yang sudah cukup umur terlihat bercakap-cakap sembari berfoto sebelum memulai pendakian.


Tiger's nest jauh di sana


Tampak di kejauhan terlihat tiger's nest yang terlihat sangat kecil dan tertutup kabut, kira-kira bisa nggak ya nyampe ke sana, hati saya sedikit kurang yakin 😔, gunung lagi.. mendaki lagi, ini kali kedua saya mendaki gunung di usia yang udah enggak lagi muda, pertama kali mendaki sekitar lima tahun silam ke gunung Papandayan...hemmm...apalagi mr Vijay bilang kalau butuh waktu tiga jam untuk sampai ke sana, belum lagi saat turunnya 😁 ibarat bunga yang keburu layu sebelum di siram, begitulah suasana hati saya saat itu, sibuk dengan pikiran yang berkecamuk dan enggak jelas wkwkk. 

Pendakian pun di mulai, btw kita bertiga enggak ada persiapan apa-apa ya.. Enggak pake tas ransel kayak bule-bule, enggak bawa tongkat khusus pendaki, kita cukup sewa tongkat kayu ala-ala yang banyak di sewakan para penduduk di kawasan ini seharga sekitar 100 ribu lebih selama pendakian dan sekedar bawa obat-obatan seadanya aja, sama air minum, mr Vijay juga udah nyetok air mineral di tas ranselnya, takut kalau kita semua kehausan, ya maklum aja, waktu tempuh untuk sampe ke puncaknya sekitar tiga jam. 

Dengan sabar mr Vijay menunggu kita bertiga yang jalan perlahan bak kura-kura, baru empat lima langkah terus istirahat, gitu terus, kayaknya enggak sampe-sampe deh, belom juga ada separo perjalanan...woii baru aja mulai, nafas udah engos-engosan 😆. 

Kaki saya sih belum terasa pegal sama sekali, tapi nafas emang enggak bisa di bohongin, maklumlah jarang banget gerak, boro-boro olah raga, akutu mageran !!

Syukurnya walau menanjak, enggak terasa panas banget, tertolong oleh rimbunnya pepohonan pinus dan pohon liar lainnya, beberapa bunga berwarna ungu dan merah cukup terlihat kontras dengan hijaunya pepohonan. 

Di kejauhan nampak rumah penduduk terlihat kecil, entah sudah berapa lama kaki ini berjalan, tongkat kayu ini cukup membantu saya menapaki tanah yang makin bertingkat, perlahan namun pasti. 





Beberapa wisatawan ada yang sudah turun dari atas, barangkali mereka adalah rombongan sebelumnya, nampak kepuasan di wajah mereka, dalam hati sayapun berharap semoga bisa sampai ke atas, malu rasanya melihat rombongan para bule yang sudah berumur bisa sampai ke atas, biasanya para bule memang lebih senang berjalan dari pada kita kebanyakan, mau ke warung depan rumah aja wajib banget pake motor 😁, ogah jalan kaki, lebih milih naik mobil dari pada jalan kaki, takut kulit item dan keringetan dan keluh kesah lainnya. 



Entah sudah berapa jam kaki ini melangkah, tau-tau kita udah sampe di tempat makan sekaligus istirahat sebentar, kita sempet minum secangkir kopi plus cemilan, sekalian buang pipis:D, soalnya tempat ini hanya satu-satunya yang ada di tengah hutan ini, sebelum kita sampe di atas, enggak ada tempat pemberhentian lain selain bangku kayu seadanya sekedar buat istirahat. 

Perasaan saya tiger's nest udah di depan mata, tapi koq enggak sampe-sampe, lagi-lagi itu adalah pertanyaan dari sebagian orang yang mungkin jarang bahkan belum pernah mendaki gunung yang udah bener-bener kelelahan 😁

Singkat cerita, akhirnya sampai lah kita di ujung pendakian, beberapa wisatawan sudah ada di atas dan berfoto-foto, mengabadikan momen yang entah kapan bisa terulang, begitu juga dengan rombongan kecil saya, dengan sabar menanti giliran untuk mendapat tempat foto terbaik. 




Saya begitu takjub dengan kuasa Allah, enggak nyangka aja bisa sampe ke sini, enggak ada persiapan sama sekali, cuman bermodal nekat dan mental yang enggak sekuat baja, tapi akhirnya bisa menaklukkan tantangan yang luar biasa enggak mudah, apalagi usia saya udah enggak lagi muda, tubuh yang udah mulai ringkih dan nafas yang ngos-ngosan, alhamdulillah bisa sampe di titik ini untuk kedua kalinya 😊

Begitu kagum dengan pemandangan yang luar biasa, tiger's nest begitu indah dan saya hanya bisa membayangkan tempat ini mirip dengan kisah para tokoh kungfu di film-film😄, melihat suasananya yang sunyi, tenang dan berada di lembah yang enggak mudah di datangi. 

Setelah berada di atas dan cukup puas untuk mengabadikan kenangan, kita turun lagi ke bawah, dalam bayangan saya sih kalo turun itu lebih cepat dan gampang.... gampil ini mah..sambil menjentikkan jari...wong cuman turun doank.. sombooong.. 

Dan ternyata turun pun sama sulit nya, enggak semudah yang saya pikir, sama beratnya karena kaki kita yang udah lelah berjalan tadi di paksa untuk menopang seluruh berat tubuh, yang ada tumpuan tubuh saya berada di kaki yang sudah mulai loyo, dengkul  terasa mau copot sangking capeknya.. ya Allah... akhirnya saya bisa juga sampe ke bawah, ternyata apa yang saya baca di websitenya itu enggak sepenuhnya benar, katanya jalan mendaki selama satu jam, enggak taunya naik turun itu enam jam 😭😁, tiger's nest...jauh di mata capek di kaki... hemm.. namanya aja naik gunung min... Tapi semua lelah terbayar kan. 



Salam

Posting Komentar

0 Komentar