Sejarah Lawang Sewu & Kereta Api Indonesia


Mreneyoo.com, Ceritanya ini adalah hari ke dua di Semarang, sore hari sehabis balik dari Ambarawa, kita melanjutkan jalan-jalan tipis mengisi waktu di sore hari ke Lawang Sewu, sore itu cuaca cukup cerah di sekitaran kota Semarang, saya yang belum pernah ke Lawang Sewu jadi penasaran seperti apa sih ceritanya. 


tampak luar

SEJARAH SINGKAT LAWANG SEWU

Lawang Sewu merupakan gedung kantor pusat perusahaan kereta api pertama di Indonesia: Spoorweg Nederlandsch Indische Maatschappij (NIS). Lawang Sewu berasal dari julukan yang diberikan oleh orang Jawa. Lawang berarti pintu dan Sewu berarti seribu karena banyaknya pintu pada gedung ini, apa benar jumlahnya seribu? Ada yang sudah pernah menghitungnya ? Ya emang iya sih cukup banyak jumlahnya kalau di lihat-lihat. 

Pada tahun 1873 dibangunlah jalur kereta api pertama di Indonesia yang menghubungkan Semarang Solo Yogya, termasuk Kedungjati Ambarawa sepanjang 209 kilometer. Jalur tersebut dibangun dan dioperasikan oleh Nederlandsch Indische Spoorweg Maatschappij (NIS), sebuah perusahaan swasta yang berpusat di Den Haag yang mendapat konsesi dari pemerintah kolonial Belanda.

Pada tahun-tahun berikutnya, panjang jalur bertambah. Pada tahun 1893 dibangunlah jalur kereta api lainnya, dari Yogya Brosot, Yogyakarta-Ambarawa melalui Magelang dan Secang. Jalur terakhir yang dibangun adalah Gundih Surabaya sepanjang 245 kilometer.


Batuan /bata asli yang di bawa dari Belanda

Replika KAI dari masa ke masa


Beberapa tokoh NIS

Pada awalnya, kantor administrasi pertama NIS berada di Stasiun NIS Samarang. Pesatnya pertumbuhan jaringan itu sendiri, diikuti oleh peningkatan aktivitas dan peningkatan jumlah staf, membuat kantor manajemen di Stasiun NIS Samarang tidak lagi sesuai dengan tujuannya. Sebuah kantor didirikan di lokasi baru di pinggiran kota yang dekat dengan tempat tinggal penduduk Semarang. Kantor tersebut berlokasi di Semarang Bodjongweg (sekarang Jl. Pemuda).

Pada akhir tahun 1863, kantor Nederlandsch Indische Spoorweg Maatschappij mencakup area seluas 18.232 m2, yang terletak di sekitar Tugu Muda Semarang yang secara resmi disebut Wilhelmina Plein, melintasi Bodjongweg (sekarang Jl. Pemuda).

Pembangunan gedung dimulai pada tanggal 27 Februari 1904 dan selesai pada bulan Juli 1907. Sebagian besar bahan bangunan diimpor dari Eropa. Arsitek pertama yang merancang gedung tersebut adalah Ir. P. de Rieu, tetapi sebelum rancangan itu dibuat, du Rieu meninggal dunia. Para direktur NIS kemudian menghubungi Prof. Jakob F. Klinkhamer, guru besar Technische Hogeschool Delft, dan BJ Quendag, arsitek di Amsterdam, untuk merancang gedung tersebut. Sumber KILTV

Lawang Sewu memiliki tiga gedung utama yang terdiri dari dua gedung perkantoran dan satu gedung percetakan tiket. Gedung perkantoran tersebut dihubungkan oleh jembatan. Pembangunan dimulai pada 27 Februari 1904 dan selesai pada Juli 1907. Bangunan pertama merupakan rumah pengurus rumah dan percetakan, yang kemudian menjadi gedung utama. Setelah beberapa tahun, kantor tersebut diperluas dengan gedung tambahan di timur laut pada tahun 1916-1918.








Gedung administrasi NIS dihiasi dengan berbagai ornamen dari seniman dan perajin Belanda yang terkenal. Di area resepsionis, terdapat jendela kaca patri yang dibuat oleh J.L. Schouten dari studio Prinsenhof di Delft. Kaca patri ini menjadi salah satu daya tarik utama gedung ini. Roda pada salah satu jendela menggambarkan kejayaan kereta api di masa depan. Jendela tersebut juga menggambarkan flora, fauna, dan figur-figur batik Jawa serta simbol keindahan alam dan budaya setempat (arsip Lawang Sewu) . 


Lorong yang sering jadi spot foto

Ketika berada di sana saya nggak begitu ngerasain suasana yang katanya serem, mungkin karena sekarang beberapa ruang di Lawang Sewu di gunakan untuk berbagai kegiatan seperti UMKM dan area spot foto menarik, jadi kesan seremnya udah enggak ada lagi, di sini saya justru malahan kalap belanja oleh-oleh, apalagi sekarang ruang bawah tanah sudah enggak di buka lagi, tapi kalo malam hari bisa aja serem ya, apalagi kalo jalan sendiri:D

Tadinya sempat mau nonton salah satu film animasi, sudah beli tiketnya, sayang sekali akhirnya gagal karena kita enggak liat jam buka dan tutup yang ada di tiket, pas mau masuk ternyata sudah tutup, baru buka lagi pukul enam sore, kita mah habis beli tiket langsung ngeloyor ke dalam gedung lain bukannya nonton animasinya dulu, malahan belok belanja-belanja 🙆‍♀️, dasar perempuan, enggak bisa nahan diri, sayangnya enggak semua ruang kita masuki, karena nanggung juga sudah mau magrib, tapi secara keseluruhan gedung di sini masih terawat dengan baik, bersih dan nuansa jadoelnya dari gedung cukup terasa. 

Ruang bawah tanah Lawang Sewu memiliki cerita kelam sebagai bekas penjara dan tempat penyiksaan pada masa penjajahan Jepang. Dulunya, ruangan bawah tanah ini berfungsi sebagai sistem drainase dan pendingin gedung, namun kemudian diubah menjadi penjara oleh Jepang. 

Ada beberapa cerita yang terkait dengan ruang bawah tanah Lawang Sewu yang di kutip dari berbagai sumber : 

Penjara bawah tanah.

Ruang bawah tanah di gunakan sebagai penjara oleh Jepang untuk menahan para pejuang dan tahanan lainnya. 

Ruang penyiksaan dan eksekusi

Tahanan seringkali disiksa  dan dieksekusi di dalam ruang bawah tanah. 

Adanya penampakan hantu

Banyak cerita yang menggambarkan adanya penampakan hantu noni Belanda dan penampakan lainnya, denger-denger ada beberapa pengunjung yang pernah pingsan, karena gak kuat. 

Kondisi ruangan

Kondisi ruangan bawah tanah yang lembab dan sempit. 

Penjara jongkok

Ada ruangan penjara jongkok di mana tahanan harus jongkok di dalam air yang tingginya sebatas leher. 

Penghubung bawah tanah

Ada cerita yang mengatakan bahwa ruang bawah tanah Lawang Sewu terhubung dengan beberapa bangunan di Semarang, benar atau enggaknya mungkin ada yang sudah pernah coba ? 

Lawang Sewu merupakan salah satu contoh warisan sejarah yang masih terjaga, bangunan ini memiliki nilai sejarah dan gaya arsitektur yang tinggi dan membuatnya menjadi destinasi wisata favorit di Semarang yang patut di kunjungi, tempat ini juga menjadi tempat yang bersejarah bagi cikal bakal perkeretaapian Indonesia. 



Posting Komentar

4 Komentar

  1. Aku pernah baca pintunya sih ga sampe 1000, tapi memang banyaaaak.

    Sayang banget penjara bawah tanah ga dibuka lagi. Aku justru pengen ke situ mbaaa. Mau liat seremnya kayak apa. Seharusnya ttp dibuka aja, tapi pakai tur gitu yaa. Ada guidenya. Justru yg bikin menarik ya ruang bawah tanahnya

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya mbk udah enggak di buka lagi, menurut ceritanya katanya ada yang sampe pingsan gitu, mungkin di anggap membahayakan jadinya kemungkinan itu salah satu penyebab gak di buka lagi.

      Hapus
    2. Setahuku karena alasan keamanan dan sudah maraknya persepsi 'angker' tempat itu. Jadi katanya.. banyak energi negatif di sana.
      Tapi katanya, Desember 2024 kemarin sudah dibuka.. ? Belum ya ternyata..

      Hapus
  2. Iya setau saya memang buka lagi akhir tahun lalu kalo gk salah tapi dengan beberapa persyaratan kalau mau masuk, pak sopir nya sih yg kasih tau kalo bawah tanah di tutup, entah benar atau enggak dan pas ke sana juga kita enggak pake tour guidenya, kadung percaya dan jalan sendiri aja, jadi pas beli tiket enggk nanya"ke petugas nya lagi, kalau benar memang sudah di buka, ya sayang sekali sampe gk kesana, maklum baru pertama kali.

    BalasHapus